Jakarta, Mei 2025 – pttogel Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, kembali mengingatkan publik dan para pemangku kebijakan akan situasi global yang semakin mengkhawatirkan. Dalam beberapa pernyataan terakhirnya di berbagai forum ekonomi nasional dan internasional, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi gelombang tekanan ekonomi global yang berpotensi menyeret banyak negara ke dalam krisis. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh lengah, dan justru harus memperkuat ketahanan fiskal serta mempercepat reformasi struktural demi menghindari dampak terburuk.
baca juga: ibu-ronald-tannur-nyesal-pakai-lisa-jadi-pengacara-anaknya-jahat-sekali-dia
Gelombang Guncangan Global: Ancaman Serius untuk Negara Berkembang
Dalam pernyataannya, Sri Mulyani menyebutkan bahwa saat ini dunia sedang berada dalam fase ketidakpastian yang sangat tinggi. Gejolak geopolitik, seperti konflik yang terus berlangsung di Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, serta hubungan dagang yang kembali memanas antara Tiongkok dan Amerika Serikat, berkontribusi besar terhadap volatilitas ekonomi global.
Selain itu, tingkat suku bunga tinggi di negara-negara maju, terutama di Amerika Serikat yang belum menunjukkan tanda-tanda pelonggaran moneter, membuat banyak investor menarik dana dari negara berkembang dan memindahkannya ke aset-aset aman (safe haven) seperti dolar AS dan obligasi pemerintah AS. Hal ini menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah, serta potensi capital outflow dari pasar keuangan Indonesia.
“Kita harus hati-hati. Dunia sedang berada di persimpangan yang tidak pasti. Banyak negara berkembang kini dalam kondisi ekonomi yang rapuh. Jika kita tidak waspada, Indonesia bisa ikut terseret arus negatif ini,” ujar Sri Mulyani dalam Forum Ekonomi Makro 2025 di Jakarta.
Inflasi Global dan Dampaknya ke Domestik
Sri Mulyani juga menyoroti tren kenaikan harga pangan dan energi yang belum sepenuhnya mereda. Meskipun inflasi di Indonesia relatif terkendali, ia menegaskan bahwa Indonesia tidak kebal terhadap guncangan global. Ketergantungan terhadap impor bahan baku dan pangan membuat harga domestik mudah terpengaruh oleh dinamika harga internasional.
“Ketika harga minyak mentah naik karena konflik geopolitik atau kebijakan produsen besar seperti OPEC+, maka kita harus siap dengan kenaikan harga BBM dalam negeri, atau menyiapkan subsidi tambahan, yang tentu saja berdampak ke APBN,” jelasnya.
Peringatan Terhadap Tekanan Fiskal dan Hutang Negara
Sri Mulyani juga membawa kabar yang cukup mengkhawatirkan terkait posisi fiskal Indonesia. Ia mengingatkan bahwa meski defisit APBN saat ini masih dalam batas aman, tekanan dari belanja subsidi, proyek infrastruktur, dan kewajiban pembayaran utang bisa membebani keuangan negara dalam beberapa tahun mendatang.
“Kita harus disiplin dalam mengelola utang. Jangan sampai kita jatuh ke dalam perangkap utang seperti yang dialami oleh beberapa negara di Afrika dan Asia Selatan,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa rasio utang pemerintah terhadap PDB saat ini masih di bawah 40%, namun tren pertumbuhannya harus dikendalikan agar tidak mengancam keberlanjutan fiskal jangka panjang.
Langkah Strategis: Reformasi dan Efisiensi
Untuk menghadapi berbagai tekanan ini, Sri Mulyani menekankan pentingnya reformasi struktural, khususnya dalam hal:
-
Peningkatan produktivitas sektor riil, terutama industri manufaktur dan pertanian.
-
Digitalisasi sistem perpajakan dan keuangan negara untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi.
-
Diversifikasi ekspor agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada komoditas mentah.
-
Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan vokasi yang berkelanjutan.
Pemerintah juga akan mendorong percepatan penyerapan anggaran pada sektor-sektor produktif, sambil menahan belanja-belanja yang kurang prioritas.
Pesan untuk Generasi Muda dan Pelaku Usaha
Dalam kesempatan berbeda, Sri Mulyani juga menyampaikan pesan khusus kepada generasi muda dan pelaku usaha. Ia mendorong anak muda untuk terus meningkatkan kapasitas dan adaptasi terhadap perubahan teknologi serta dinamika ekonomi global.
“Indonesia punya bonus demografi. Tapi kalau tidak dikelola dengan baik, itu bisa menjadi bencana demografi. Generasi muda harus siap jadi motor pertumbuhan ekonomi, bukan justru beban,” ucapnya dalam sebuah seminar di Universitas Indonesia.
Penutup: Optimisme dengan Kewaspadaan
Meskipun membawa kabar yang bisa dibilang “buruk”, Sri Mulyani tetap menyelipkan nada optimisme. Ia menekankan bahwa Indonesia sejauh ini mampu menghadapi berbagai krisis, mulai dari pandemi COVID-19 hingga guncangan harga komoditas global.
Namun, menurutnya, tantangan ke depan akan lebih kompleks dan memerlukan kerja sama yang lebih erat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
“Saya tidak ingin menakut-nakuti. Tapi realitas harus kita hadapi bersama. Kalau kita siap, kita bisa lewati ini semua dengan baik. Tapi kalau kita lengah, kita bisa tergelincir,” pungkas Sri Mulyani.
sumber artikel: www.sinzooargentina.com